Senin, 01 Januari 2018

Cara Mengatasi Perut Buncit

Setiap orang tentu ingin dapatkan perut yang rata dan bertahan dalam waktu yang lama. Jika kita memiliki perut buncit atau gendut (distended stomach), untuk mengecilkannya kita tidak perlu ke ruang operasi untuk sedot lemak.
Bagaimana cara efektif dan mudah untuk mengatasi perut berlemak? Cukup lakukan tujuh (7) hal ini secara rutin, dan Anda akan lihat perbedaannya dalam waktu singkat. Ini dia tips cara menghilangkan lemak di perut yang buncit tersebut:


1. Latihan Kekuatan
Lakukan latihan kekuatan minimal tiga hari seminggu. Latihan ini akan membantu mempercepat metabolisme tubuh dan membakar kalori, bahkan saat Anda beristirahat di sela-sela aktivitas fisik. Latihan kekuatan terdiri dari beberapa jenis latihan yang berfungsi menguatkan otot seperti crunch, angkat beban, TRX, push up dan sebagainya. Lakukan selama 10-20 menit per sesi dengan intensitas tinggi.

2. Tubuh Lebih Aktif
Jangan mengandalkan aktivitas fisik hanya dengan latihan di gym. Olah fisik rata-rata hanya dilakukan 1-2 jam, sementara Anda memiliki waktu 24 jam per hari dan total 168 jam per minggu. Gunakan waktu luang semaksimal mungkin untuk bergerak ketimbang duduk santai sambil nonton TV dan makan camilan. Rencanakan jalan bersama teman-teman, keluar makan siang, naik tangga daripada lift atau parkir mobil di tempat yang agak jauh dari kantor.

3. Tidur yang Cukup
Pastikan Anda cukup tidur, selama 6-8 jam setiap malam. Tidur kurang dari enam jam akan membuat hormon tidak seimbang dan cenderung mengubah hormon Anda menjadi penyimpan lemak. Impian untuk memiliki perut rata pun akan sulit terwujud.

4. Meditasi
Meditasi dan metode penghilang stres lainnya (olahraga, yoga, relaksasi) akan membuat level kortisol (hormon stres) tetap terkontrol. Ketika hormon yang menyebabkan stres berkurang, hasrat mengonsumsi makanan tak sehat juga bisa diminimalisir (stres cenderung membuat orang ingin makan berlebihan) sehingga mencegah berat badan tambah naik dan perut membuncit.

5. Penuhi Kecukupan Nutrisi
Makanlah lebih banyak protein, serat dan lemak sehat. Perbanyak konsumsi daging tanpa lemak, sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan.

6. Kurangi Konsumsi Junk Food
Hindari konsumsi makanan tinggi kalori namun rendah nol nutrisi (junk food) dalam keseharian. Kurangi juga makanan yang diproses dan bergula tinggi. Makanan tersebut merupakan musuh terbesar bagi perut yang seksi dan rata, juga penyebab berbagai penyakit serius seperti diabetes dan hipertensi.

7. Minum Banyak Air
Perbanyak minum air putih, minimal dua liter sehari. Kebutuhan air bisa lebih banyak jika Anda intens beraktivitas atau sedang sakit. Kurang minum air akan membuat tubuh lebih sulit membakar lemak dengan efektif.

Nah demikian sahabat sehat, tips-tips alami bagaimana cara mengatasi perut buncit (distended stomach) dengan mudah, cepat dan aman.

Hadis Tentang Diyat



عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَبَ إِلَى أَهْل الْيَمَنِ أَنَّ مَنْ اعْتَبَطَ مُؤْمِنًا قَتْلًا عَنْ بَيِّنَةٍ فَإِنَّهُ قَوَدٌ إِلَّا أَنْ يَرْضَى أَوْلِيَاءُ الْمَقْتُولِ وَأَنَّ فِي النَّفْسِ الدِّيَةَ مِائَةً مِنْ الْإِبِلِ وَفِي الْأَنْفِ إِذَا أُوعِبَ جَدْعُهُ الدِّيَةُ وَفِي اللِّسَانِ الدِّيَةُ وَفِي الشَّفَتَيْنِ الدِّيَةُ وَفِي الْبَيْضَتَيْنِ الدِّيَةُ وَفِي الذَّكَرِ الدِّيَةُ وَفِي الصُّلْبِ الدِّيَةُ وَفِي الْعَيْنَيْنِ الدِّيَةُ وَفِي الرِّجْلِ الْوَاحِدَةِ نِصْفُ الدِّيَةِ وَفِي الْمَأْمُومَةِ ثُلُثُ الدِّيَةِ وَفِي الْجَائِفَةِ ثُلُثُ الدِّيَةِ وَفِي الْمُنَقِّلَةِ خَمْسَ عَشْرَةَ مِنْ الْإِبِلِ وَفِي كُلِّ أُصْبُعٍ مِنْ أَصَابِعِ الْيَدِ وَالرِّجْلِ عَشْرٌ مِنْ الْإِبِلِ وَفِي السِّنِّ خَمْسٌ مِنْ الْإِبِلِ وَفِي الْمُوضِحَةِ خَمْسٌ مِنْ الْإِبِلِ وَأَنَّ الرَّجُلَ يُقْتَلُ بِالْمَرْأَةِ وَعَلَى أَهْلِ الذَّهَبِ أَلْفُ  دِينا ر.
{أخرجه أبو داود في المراسيل والنسائ وابن خزيمة وابن الجارود وابن حبان وأحمد واختلفوا في صحته}
Artinya:
Dari Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm, dari ayahnya, dari kakeknya r.a. bahwa Nabi SAW. pernah mengirim surat kepada penduduk yaman--dan di dalam hadits itu disebutkan-- “Bahwa barang siapa yang secara nyata membunuh seorang Mukmin dengan sengaja,  maka ia harus dibunuh, kecuali ahli waris yang terbunuh rela; diyat (denda) membunuh jiwa adalah seratus unta; hidung yang dipotong habis ada diyatnya, dua buah mata ada diyatnya, lidah ada diyatnya, dua buah bibir ada diyatnya, kemaluan ada diyatnya, dua biji penis ada diyatnya, tulang belakang ada diyatnya, kaki sebelah ada diyatnya setengah,  ubun-ubun diyatnya sepertiga, luka yang mendalam diyatnya sepertiga, pukulan yang menggeser tulang diyatnya lima belas unta, setiap jari-jari tangan dan kaki diyatnya sepuluh unta, gigi diyatnya lima unta, luka hingga tulangnya tampak diyatnya lima unta, laki-laki diqishash apabila membunuh seorang perempuan, bagi orang yang biasa menggunakan emas dapat membayarnya dengan seribu dinar.” (HR. Abu Dawud dalam hadits-hadits mursal, An-Nasa’i, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Al-Jarrud, Ibnu Hibban dan Ahmad). Mereka berselisih tentang shahih atau tidaknya hadits tersebut.


Mufradat[1]
أَهْلِ الْيَمَنِ = Penduduk yaman / orang-orang yaman
أَنَّ مَنْ اعْتَبَطَ  = Barang siapa yang merusak, membinasakan (musnah)
مُؤْمِنًا  = Seorang mukmin (orang yang beriman, percaya kepada Allah)
قَتْلًا = Membunuh (menghilangkan, menghabisi nyawa)
عَنْ بَيِّنَةٍ = Dengan jelas
فَإِنَّهُ قَوَدٌ = Maka ia dibunuh
إِلَّا أَنْ يَرْضَى = Kecuali jika merasa ridha, menerima (bersedia dengan ikhlas hati)
أَوْلِيَاءُ = Para wali (orang yang berhak menerima harta pusaka dari orang  yang  telah  meninggal; orang  yang  menurut hukum diserahi suatu kewajiban)
الْمَقْتُول = Yang dibunuh, korban pembunuhan  (orang  yang  menderita akibat suatu kejadian)
وَأَنَّ فِي النَّفْسِ = Dan jika satu jiwa, ruh (suatu unsur yang ada dalam  jasad yang diciptakan Tuhan sebagai  penyebab adanya hidup/nyawa)
الدِّيَةَ مِائَةً مِنْ الْإِبِل = Denda 100 ekor dari unta
وَفِي الْأَنْفِ = Dan pada hidung
إِذَا أُوعِبَ = Di potong  habis (dari pangkalnya yang berada di antara dua alis mata)
 جَدْعُه الدِّيَة = Ada diyatnya
اللِّسَانُ = lidah
الشَّفَتَيْنِ = dua bibir (mulai dari bawah lubang hidung sampai ke ujung sekitar bibir)
 الذَّكَر = kemaluan
الْبَيْضَتَيْنُ = dua biji penis
الصُّلْبِ = tulang belakang (tulang yang terletak pada bagian tulang belakang sampai pada bagian bawah dada)
الْعَيْنَيْن = dua mata (bagi kehilangan fungsinya)
الرِّجْل الْوَاحِدَةِ نِصْفُ الدِّيَة = kaki sebelah diyatnya setengah (dari pergelangan betis)
الْمَأْمُومَةِ  = Ubun-ubun (luka di kepala yang mencapai selaput yang melindungi otak)
ثُلُثُ الدِّيَةِ = Sepertiga diyat
الْجَائِفَةِ = luka (tusukan yang menembus ke dalam perut)
لْمُنَقِّلَةِ = pukulan yang menggeser tulang (mematahkan tulang)
كُلِّ أُصْبُعٍ  = setiap jari
مِنْ أَصَابِع الْيَدِ وَالرِّجْلِ ِ  = dari jari-jari tangan dan kaki
السِّنِّ  = gigi
لْمُوضِحَةِ  = luka (hingga tulangnya nampak)
الرَّجُلَ  = seorang laki-laki
يُقْتَلُ  = dibunuh
بِالْمَرْأَةِ  = karena seorang perempuan
الذَّهَبِ  = emas
أَلْفُ  دِينار  = seribu dinar



[1]           Muhammad bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani,Subulus Salam Syarah Bulughul Maram, (Darus Sunnah Press, 2013, Jakarta Timur), hal. 247-253.

PHYTOPLANKTON SEBAGAI PRODUSEN



PHYTOPLANKTON SEBAGAI PRODUSEN


Phytoplankton adalah sekelompok dari biota tumbuh-tumbuhan autotrof yang mengandung zat klorofil dan pigmen lainnya didalam selnya dan mampu menyerap energi radiasi dan co2 untuk melakukan fotosintesis. Biota tersebut mampu mensintesis bahan-bahan anorganik untuk dirubah menjadi bahan organik (yang terpenting yaitu karbohidrat). Biasanya organisme ini berasal dari Cyanophyta (ganggang hijau biru) yang merupakan anggota kingdom Monera  dan Chlorophyta (ganggang hijau) yang merupakan anggota kingdom Protista (Protista mirip tumbuhan ganggang.) Di dalam ekosistem perairan Phytoplankton berperan sebagai produsen karena kemampuannya berfotosintesis membentuk cadangan makanan (amylum). Sifat fotosintesisnya menyerupai tumbuhan. Sehingga pada klasifikasi lama Cyanophyta dan Chlorophyta pernah dimasukkan dalam kelompok tumbuhan tingkat rendah ( Thallophyta ).

Fitoplankton disebut juga plankton nabati, merupakan tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang dilaut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200µm (1 µm = 0,001mm). Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang berbentuk rantai. Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna pada air laut. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik, yaitu dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini fitoplankton disebut sebagai produsen primer. Bahan organik yang diproduksi fitoplankton menjadi sumber energi untuk menjalan segala fungsi faalnya. Tetapi, disamping itu energi yang terkandung didalam fitoplankton dialirkan melalui rantai makanan. Seluruh hewan laut seperti udang, ikan, cumi – cumi sampai ikan paus yang berukuran raksasa bergantung pada fitoplankton baik secara langsung atau tidak langsung melalui rantai makanan.

Seluruh jenis plankton dari golongan fitoplankton memiliki warna, dimana sebagian berwarna hijau karena mengandung berbagai jenis pigmen klorofil, yaitu klorofil A  sampai klorofil D. Meskipun demikian, penamaan atau penggolongan algae berdasarkan kepada dasar warna, meskipun kandungan pigmen terdiri dari beberapa pigmen. Fitoplankton dicirikan dengan pigmen yang berkaitan dengan proses fotosintesa. Selanjutnya proses fotosintesa yang dilakukan oleh algae berkaitan dengan klorofil A (kecuali pada alga hijau biru), dimana pigmen tersebut merupakan sel organ kloroplas. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas tersebut digunakan sebagai kriteria untuk mengelompokkan alga ke dalam kelas.

Parameter pertumbuhan Fitoplankton yaitu:
Suhu optimal kultur fitoplankton secara umum antara 20-24 °C. Hampir semua fitoplankton toleran terhadap suhu antara 16-36 °C. Suhu di bawah 16 °C dapat menyebabkan kecepatan pertumbuhan turun, sedangkan suhu di atas 36 °C dapat menyebabkan kematian pada jenis tertentu. Cahaya merupakan sumber energy dalam proses fotosintetis yang berguna untuk pembentukan senyawa karbon organik. Kebutuhan akan cahaya bervariasi tergantung kedalaman kultur dan kepadatannya. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menyebabkan fotoinbihisi dan pemanasan. Intensitas cahaya 1000 lux cocok untuk kultur dalam Erlenmeyer, sedangkan intensitas 5000-10000 lux untuk volume yang lebih besar. Nutrien dibagi menjadi menjadi makronutrien dan mikronutrien. Nitrat dan fosfat tergolong makronutrien yang merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Nitrat adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di air laut maupun air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen seperti ammonia, nitrit dan senyawa organik dapat digunakan apabila kekurangan nitrat. pH variasi pH dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan fitoplankton dalam beberapa hal, antara lain mengubah keseimbangan dari karbon organik, mengubah ketersediaan nutrient, dan dapat mempengaruhi fisiologis sel. Kisaran pH untuk kultur alga biasanya antara 7-9, kisaran optimum untuk alga laut antara 7.5-8.5 sedangkan untuk Tetraselmis chuii optimal pada 7-8. Salinitas hampir semua jenis fitoplankton yang berasal dari air laut dapt tumbuh optimal pada salinitas sedikit di bawah habitat asalnya. Tetraselmis chuii memiliki kisaran salinitas yang cukup lebar, yaitu 15-36 ppt sedangkan salinitas optimal untuk pertumbuhannya adalah 27-30 ppt . Karbondioksida diperlukan fitoplankton untuk membantu proses fotosintesis. Karbondioksida dengan kadar 1-2 % biasanya sudah cukup untuk kultur fitoplankton dengan intensitas cahaya yang rendah. Kadar karbondioksida yang berlebih dapat menyebabkan ph kurang dari batas optimum .

Struktur komunitas dan kelimpahan Fitoplankton, memperoleh energi melalui proses yang dinamakan fotosintesis sehingga fitoplankton harus berada pada bagian permukaan permukaan (disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen yang memenuhi atmosfer Bumi. Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi.

Fitoplankton dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas organisme fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan . Oleh karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak. Perubahan terhadap kualitas perairan erat hubungannya dengan potensi perairan ditinjau dari kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di suatu perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi perairan. Fitoplankton merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Fitoplankton juga merupakan penyumbang oksigen terbesar di dalam perairan laut. Pentingnya peranan fitoplankton sebagai pengikat awal energi matahari menjadikan fitoplankton berperan penting bagi kehidupan laut. Dengan demikian keberadaan fitoplankton dapat dijadikan indikator kualitas perairan yakni gambaran tentang banyak atau sedikitnya jenis fitoplankton yang hidup di suatu perairan dan jenis-jenis fitoplankton yang mendominasi, adanya jenis fitoplankton yang dapat hidup karena zat-zat tertentu yang sedang blooming, dapat memberikan gambaran mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya.

Produktivitas primer fitoplankton ini merupakan salah satu dari sebagian besar sumber penting dalam pembentukan energi di perairan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi primer (laju fotosintesis) antara lain: cahaya matahari, suhu, nutrien, serta struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton yang mampu beradaptasi di ekosistem perairan (habitatnya). Sebagai produsen primer fitoplankton di perairan memerlukan cahaya untuk proses fotosintesisnya. Dilihat dari fisiologi fitoplankton, spektrum cahaya yang terpenting menunjang proses fotosintesis adalah cahaya yang mempunyai panjang gelombang 400 – 700 nm atau lazim dikenal dengan PAR (Photosynthetically Active Radiation). Proses pemanfaatan energi matahari dalam meningkatkan produktivitas primer di perairan terjadi melalui proses perubahan energi menjadi energi organik yang berlangsung dalam tubuh fitoplankton, dan pemindahan energi melalui pemangsaan hewani pada tingkat trofik yang diatasnya. Berbagai manfaat dan keperluan intensitas cahaya merupakan faktor pembatas utama terhadap distribusi vertikal fitoplankton di perairan, kerena itu untuk hidup mereka harus menetap di daerah bagian atas perairan (zona fotik), dimana energi cahaya matahari masih menjangkau dan serasi untuk proses fotosintesis. Peranan cahaya matahari bagi kehidupan organisme sudah lama diketahui terutama intensitasnya yang merupakan salah satu faktor penentu produktivitas perairan.

Berdasarkan kemampuan fitoplankton dalam memanfaatkan cahaya, maka fitoplankton dibagi menjadi 2 kelompok yaitu : fitoplankton tipe terang, pada umumnya hidup dilapisan atas atau di bawah permukaan dan dalam melakukan proses fotosintesis secara efektif memerlukan cahaya tinggi dan fitoplankton tipe teduh, pada umumnya hidup di bawah atau di dasar perairan dan dalam melakukan proses fotosintesis secara efektif memerlukan cahaya rendah. Fitoplankton biasanya berkumpul di zona eufotik yaitu zona dengan intesitas cahaya masih memungkinkan terjadinya proses fotosintesis. Pada suatu perairan sering dijumpai kandungan fitoplankton yang sangat melimpah akan tetapi pada tempat yang lain sangat sedikit. Keadaan ini disebabkan oleh bermacam-macam faktor antara lain angin, arus, nutrien, variasi kadar garam, kedalaman perairan, aktivitas pemangsaan serta adanya percampuran massa air.

Distribusi fitoplankton secara horizontal lebih banyak dipengaruhi faktor fisik berupa pergerakan masa air. Oleh karena itu pengelompokan (pathciness) plankton lebih banyak terjadi pada daerah neritik terutama yang dipengaruhi estuaria dibandingkan dengan oseanik. Faktor-faktor fisik yang menyebabkan distribusi fitoplankton yang tidak merata antara lain arus pasang surut, morfogeografi setempat, dan proses fisik dari lepas pantai berupa arus yang membawa masa air kepantai akibat adanya hembusan angin. Selain itu ketersediaan nutrien pada setiap perairan yang berbeda menyebabkan perbedaan kelimpahan fitoplankton pada daerah-daerah tersebut.

Fitoplankton merupakan tumbuhan laut yang memiliki peran penting dalam kehidupan bawah laut. Fitoplankton memiliki zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air. Sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di laut, fitoplankton menjadi makanan alami bagi zooplankton baik masih kecil maupun yang dewasa. Selain itu juga dapat digunakan sebagai indikator kesuburan suatu perairan. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas perairan laut apabila jumlahnya berlebihan. Contoh kelas dinoflgellata tubuhnya memiliki kromatopora yang menghasilkan toksin (racun), dalam keadaan blooming dapat mematikan ikan. Fitoplankton diatom bertekstur lembut sehingga disukai oleh ikan sedangkan fitoplankton yang mengandung flagella bersifat kaku dan keras cenderung tidak disukai ikan, plankton jenis ini cenderung dapat merusak atau mencemari suatu perairan.
Fitoplankton bersifat eukariotik dan prokariotik,mengandung zat klorofil A dan B, merupakan penghasil dari setengah O2 di dunia, penyerap CO2, memiliki dinding sel sehingga mudah untuk dicerna, ada yang mengandung flagella dan mengandung silica dan calsium carbonat.
Fitoplankton memiliki peran dalam penyerapan co2 dan memperlambat pemansan global. Fitiplankton merupakan produsen dalam ekosistem perairan, dan organisme uniseluler autotrof tersebut merupakan penyumbang 80% Oksigen di bumi. Ilmuwan dari Amerika Serikat menemukan plankton secara tidak langsung dapat membuat awan yang dapat menahan sebagian sinar matahari yang merugikan. Ketika matahari menyinari lautan, lapisan atas laut (sekitar 25 meter dari permukaan laut) memanas, dan menyebabkan perbedaan suhu yang cukup tinggi dengan lapisan laut di bawahnya. Lapisan atas dan bawah tersebut terpisah dan tidak saling tercampur.
Plankton hidup di lapisan atas, tapi nutrisi yang diperlukan oleh plankton terdapat lebih banyak di lapisan bawah laut. Karenanya, plankton mengalami malnutrisi. Akibat kondisi malnutrisi ditambah dengan suhu air yang panas, plankton mengalami stress sehingga lebih rentan terhadap sinar ultraviolet yang dapat merusaknya. Karena rentan terhadap sinar ultraviolet, plankton mencoba melindungi diri dengan menghasilkan zat dimethylsulfoniopropionate (DMSP) yang berfungsi untuk menguatkan dinding sel mereka. Zat ini jika terurai ke air akan menjadi zat dimethylsulfide (DMS). DMS kemudian terlepas dengan sendirinya dari permukaan laut ke udara.

Di atmosfer, DMS bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk sejenis komponen sulfur. Komponen sulfur DMS itu kemudian saling melekat dan membentuk partikel kecil seperti debu. Partikel-partikel kecil tersebut kemudian memudahkan uap air dari laut untuk berkondensasi dan membentuk awan. Jadi, secara tidak langsung, plankton membantu menciptakan awan. Awan yang terbentuk menyebabkan semakin sedikit sinar ultraviolet yang mencapai permukaan laut, sehingga plankton pun terbebas dari gangguan sinar ultraviolet.








DAFTAR PUSTAKA
Ambas, 2006, Metode Penelitian Air,  Usaha Nasional, Surabaya. 
Aslan, 2005, Budidaya Rumput Laut, Kanisius, Yogyakarta.
Koesbiono, 1980 ,Biologi laut, Fakultas Perikanan Institut Pertanian, Bogor.
Kimball J.W. 1994,  Biologi, Penerbit Erlangga. Jakarta.
Noor, J.W., 2006. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ewusie, 1990, Pengantar Ekologi Tropika, Penerbit Institut Teknologi Bandung, Bandung.





Pengaruh Suhu Terhadap Tingkah Laku Ikan

Pengaruh Suhu Terhadap Tingkah Laku Ikan

Suhu adalah  salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik.

Suhu mempengaruhi tingkat perkembangan dan pertumbuhan karena mempengaruhi berbagai proses yang berhubungan  dengan metabolisme yang mencakup pernapasan, pemberian makan, dan pencernaan. Perubahan dalam batas yang normal dari proses tersebut dapat juga mengubah kondisi yang optimal untuk pertumbuhan dan kesehatan.

Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. Suhu juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih sampai ukuran dewasa. Suhu air akan sangat  berpengaruh  terhadap  proses penetasan  telur dan perkembangan telur. 

Rentang toleransi serta suhu optimum tempat pemeliharaan  ikan berbeda untuk setiap  jenis atau spesies ikan. Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu lingkungan sekelilingnya. Ikan akan selalu mencari tempat yang sesuai dengan sifat hidupnya.

Perubahan suhu dari keadaan normal menjadi lebih panas atau lebih dingin di suatu perairan dapat dipengaruhi oleh keadaan alam seperti pemanasaan oleh matahari, perubahan musim, gejala pergeseran dasar perairan, letusan gunung merapi bawah laut dan sebagainya. Setiap jenis ikan biasanya mempunyai kisaran suhu di perairan yang cocok. Dalam keadaan suhu normal metabolisme maupun tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal juga. Namun bila terjadi perubahan suhu, respon yang diberikan oleh ikan akan menunjukan penyesuaian metabolisme tubuhnya terhadap lingkungan untuk mempertahankan kehidupannya. Respon yang diperlihatkan oleh ikan bjiasanya berupa perubahan tingkah laku maupun pergerakan ikan.

 Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Suhu air yang relatif tinggi dapat ditandai antara lain dengan munculnya ikanikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen. Suhu yang sangat tinggi akan  mempercepat  laju penetasan telur sehingga telur tidak dapat melewati fase-fase penetasan telur dengan sempurna.

Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres. Pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen. Semakin rendah suhu maka semakin cepat gerakan  renang ikan dan semakin cepat pula gerakan operkulum sebagai respon suhu rendah, dimana korelasi ini tidak di temui pada perlakuan pada suhu panas.

Menurut Trubus ikan mampu hidup baik pada kisaran suhu 23-300C. Perubahan suhu di bawah 230C atau di atas 300C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna. Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan akan semakin tinggi. Stres pada ikan dapat menyebabkan menurunnya produktivitas dan daya tahan tubuh serta meningkatnya angka kematian pada ikan.
Bertambahnya suhu air pada kisaran suhu optimal akan meningkatkan kecepatan metabolisme. Sebagai akibat bertambahnya kecepatan metabolisme berarti lebih cepat lagi makanan menuju ke sistem pencernaan dikarenakan nafsu makan dan penyerapan makanan yang bertambah. Perlu diperhatikan bahwa tiap jenis ikan memiliki kisaran toleransi, kisaran optimum dan titik optimum untuk parameter suhu.

 Penurunan suhu maupun peningkatan suhu dari titik suhu optimum akan menurunkan tingkat konsumsi pakan dan akhirnya menurunkan laju pertumbuhan. Suhu mempengaruhi tingkat perkembangan dan pertumbuhan karena mempengaruhi berbagai proses yang berhubungan  dengan metabolisme yang mencakup pernapasan, pemberian makan, dan pencernaan. Perubahan dalam batas yang normal dari proses tersebut dapat juga mengubah kondisi yang optimal untuk pertumbuhan dan kesehatan.

Suhu air yang terlalu rendah dapat mengakibatkan proses metabolisme menjadi lambat hal ini dapat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan larva ikan akan menjadi lambat tumbuh. Suhu rendah akan mempengaruhi metabolisme dan pencernaan makanan. Namun, suhu yang terlalu tinggi dapat mengurangi nafsu makan pada ikan. Semakin normal suhu air maka semakin bagus pula sistem metabolismenya.

Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi respon kekebalan tubuh pada ikan antara lain: suhu, kondisi stress, keseimbangan nutrisi, pollutan, mikro-nutrien, dan unsur-unsur immunomodulator. Suhu air yang ekstrim akan mempengaruhi metabolisme tubuh ikan sehingga akan mempegaruhi juga kerja fungsi-fungsi organ. Suhu sekitar perairan yang terlalu panas atau terlalu dingin akan menurunkan kandungan oksigen terlarut di air sehingga membuat ikan menjadi tidak aktif.

Menurut Sriharti, rentang fluktuasi suhu yang tinggi dapat menurunkan aktivitas makan larva ikan. Ketika suhu yang diperlukan larva tidak sesusai dengan keperluan untuk tumbuh dan berkembang, maka hal tersebut dapat berpengaruh terhadap fisiologi larva terutama dalam metabolisme, sehingga larva tidak tumbuh dan lama kelamaan menyebabkan daya tahan hidupnya hilang.

Suhu yang dapat mematikan untuk semua spesies ikan adalah berkisar antara 10-11 C, jika kondisi tersebut berlajut terus menerus selama beberapa hari.Suhu berpengaruh terhadap makan ikan. Ikan yang berada pada suhu yang baik akan memiliki selara makan yang baik tetapi nafsu makan ikan akan terganggu ketika suhu air berada pada suhu 16-17 C. Suhu laut  berpengaruh secara langsung pada laju proses fotosintesis dan proses fisiologi hewan (derajat metabolisme dan siklus reproduksi) yang selanjutnya berpengaruh terhadap cara makan dan pertumbuhannya.

Reproduksi pada ikan seperti halnya pada mahluk hidup lainnya, yaitu suatu proses alamiah dalam  rangka pengelakan spesies. Tingkat suhu yang tidak normal akan berpengaruh pada reproduksi ikan karena gangguan sters. Kemampuan reproduksi akan mengalami penurunan dibawah sushu 21 C. Sebaliknya jika suhu normal maka reproduksi ikan akan lancar. Perubahan lingkungan akan memberikan efek yang berbeda pada spesies ikan yang berbeda. Beberapa jenis ikan bahkan melakukan perjalanan ruaya yang jauh untuk memijah. Pemijahan yang tepat tempat dan tepat waktu untuk  kepastian keberhasilan reproduksi terkait erat dengan peran sistem endoktrin.

Strategi reproduksi ikan laut tropis berupa adaptasi ikan terhadap lingkungannya untuk dapat melangsungkan proses reproduksi. Adaptasi tersebut merupakan kemampuan telur ikan untuk beradaptasi dengan lingkungannya yang ekstrim, ataupun perubahan  bentuk tubuh ikan sebagai cara beradaptasi dengan lingkungannya.

Migrasi ikan adalah pergerakan perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai arti penyesuaian terhadap kondisi alam yang menguntungkan untuk eksistensi hidup dan keturunannya. Ikan mengadakan migrasi dengan  tujuan untuk pemijahan,  mencari makanan dan mencari daerah yang cocok untuk kelangsungan hidupnya. Beberapa faktor migrasi ikan diantaranya, yaitu: bau perairan, suhu, salinitas, arus pasang surut dan ketersediaan makanan.
Kenaikan suhu air laut akan menimbulkan kehidupan  ikan dan  hewan air lainnya terganggu, suhu permukaan laut nusantara berkisar antara 27-32°C. Kisaran suhu ini adalah  normal untuk kehidupan biota laut di perairan Indonesia. Pada temperatur air yang rendah suhu tubuh ikan menurun, menekan respon kekebalan ikan, mengurangi nafsu makan, aktivitas dan pertumbuhan menurun. Apabila  temperatur air dinaikkan dari 0° ke 26° C, akan terjadi laju metabolisme meningkat, sehingga konsumsi O2 juga meningkat.
Musim kemarau yang panas menyebabkan lapisan atas air danau menjadi hangat. Lapisan bagian bawah dingin dan  miskin oksigen. Karena ikan membutuhkan oksigen terlarut yang tinggi di air, maka ikan akan berada di tengah atau sebagian di permukaan air danau. Sebaliknya saat musim hujan, air di permukaan cenderung dingin sehingga lebih banyak oksigen terlarut di air dibanding di dasar danau yang hangat. Ikan cenderung banyak berada di permukaan dibanding di dasar danau. Pada ikan tawar dapat berkembang dengan baik pada suhu air yang hangat dan tidak produktif di suhu yang dingin.

DAFTAR PUSTAKA
Tunas,2005,  Patologi Ikan Toloestei, Yogjakarta, Universitas Gadjah Mada.
Koesbiono, 1980, Biologi laut, Fakultas Perikanan Institut Pertanian, Bogor.
Kimball J.W. 1994,  Biologi, Penerbit Erlangga. Jakarta.
Effendie MI. 2002, Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama.
Amri, Khairuman, 2003, Budidaya Ikan Nila Secara Intensif, Agromedia Pustaka, Depok