PHYTOPLANKTON
SEBAGAI PRODUSEN
Phytoplankton adalah sekelompok dari biota tumbuh-tumbuhan autotrof yang
mengandung zat klorofil dan pigmen lainnya didalam selnya dan mampu menyerap
energi radiasi dan co2 untuk melakukan fotosintesis. Biota tersebut mampu mensintesis bahan-bahan anorganik
untuk dirubah menjadi bahan organik (yang terpenting yaitu karbohidrat). Biasanya
organisme ini berasal dari Cyanophyta (ganggang hijau biru) yang
merupakan anggota kingdom Monera dan Chlorophyta (ganggang hijau)
yang merupakan anggota kingdom Protista (Protista mirip tumbuhan ganggang.) Di
dalam ekosistem perairan Phytoplankton berperan sebagai produsen karena
kemampuannya berfotosintesis membentuk cadangan makanan (amylum). Sifat
fotosintesisnya menyerupai tumbuhan. Sehingga pada klasifikasi lama Cyanophyta
dan Chlorophyta pernah dimasukkan dalam kelompok tumbuhan tingkat
rendah ( Thallophyta ).
Fitoplankton
disebut juga plankton nabati, merupakan tumbuhan yang hidupnya mengapung atau
melayang dilaut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200µm (1 µm = 0,001mm).
Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang
berbentuk rantai. Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat
tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna
pada air laut. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat
autotrofik, yaitu dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya. Selain
itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan
bahan organik karena mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini fitoplankton
disebut sebagai produsen primer. Bahan organik yang diproduksi fitoplankton
menjadi sumber energi untuk menjalan segala fungsi faalnya. Tetapi, disamping
itu energi yang terkandung didalam fitoplankton dialirkan melalui rantai
makanan. Seluruh hewan laut seperti udang, ikan, cumi – cumi sampai ikan paus
yang berukuran raksasa bergantung pada fitoplankton baik secara langsung atau
tidak langsung melalui rantai makanan.
Seluruh jenis plankton dari golongan fitoplankton memiliki warna,
dimana sebagian berwarna hijau karena mengandung berbagai jenis pigmen
klorofil, yaitu klorofil A sampai klorofil D. Meskipun demikian, penamaan atau penggolongan algae
berdasarkan kepada dasar warna, meskipun kandungan pigmen terdiri dari beberapa
pigmen.
Fitoplankton dicirikan dengan pigmen yang berkaitan
dengan proses fotosintesa. Selanjutnya proses fotosintesa yang dilakukan oleh
algae berkaitan dengan klorofil A (kecuali pada alga hijau biru), dimana pigmen tersebut
merupakan sel organ kloroplas. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas tersebut
digunakan sebagai kriteria untuk mengelompokkan alga ke dalam kelas.
Parameter
pertumbuhan Fitoplankton yaitu:
Suhu
optimal kultur fitoplankton secara umum antara 20-24 °C. Hampir semua
fitoplankton toleran terhadap suhu antara 16-36 °C. Suhu di bawah 16 °C dapat
menyebabkan kecepatan pertumbuhan turun, sedangkan suhu di atas 36 °C dapat
menyebabkan kematian pada jenis tertentu. Cahaya
merupakan sumber energy dalam proses fotosintetis yang berguna untuk
pembentukan senyawa karbon organik. Kebutuhan akan cahaya bervariasi tergantung
kedalaman kultur dan kepadatannya. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan fotoinbihisi dan pemanasan. Intensitas cahaya 1000 lux cocok untuk
kultur dalam Erlenmeyer, sedangkan intensitas 5000-10000 lux untuk volume yang
lebih besar. Nutrien dibagi menjadi
menjadi makronutrien dan mikronutrien. Nitrat dan fosfat tergolong makronutrien
yang merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Nitrat
adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di air laut maupun
air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen seperti ammonia, nitrit dan
senyawa organik dapat digunakan apabila kekurangan nitrat. pH variasi pH dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan
fitoplankton dalam beberapa hal, antara lain mengubah keseimbangan dari karbon organik,
mengubah ketersediaan nutrient, dan dapat mempengaruhi fisiologis sel. Kisaran
pH untuk kultur alga biasanya antara 7-9, kisaran optimum untuk alga laut
antara 7.5-8.5 sedangkan untuk Tetraselmis chuii optimal pada 7-8. Salinitas hampir semua jenis
fitoplankton yang berasal dari air laut dapt tumbuh optimal pada salinitas
sedikit di bawah habitat asalnya. Tetraselmis chuii memiliki kisaran salinitas
yang cukup lebar, yaitu 15-36 ppt sedangkan salinitas optimal untuk
pertumbuhannya adalah 27-30 ppt . Karbondioksida
diperlukan fitoplankton untuk membantu proses fotosintesis. Karbondioksida
dengan kadar 1-2 % biasanya sudah cukup untuk kultur fitoplankton dengan
intensitas cahaya yang rendah. Kadar karbondioksida yang berlebih dapat
menyebabkan ph kurang dari batas optimum .
Struktur
komunitas dan kelimpahan Fitoplankton, memperoleh energi melalui proses yang
dinamakan fotosintesis sehingga fitoplankton harus berada pada bagian permukaan
permukaan (disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang
lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen yang
memenuhi atmosfer Bumi. Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi
oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi
dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai
respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia,
maupun biologi. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan
saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas
cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara
nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan
oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi.
Fitoplankton
dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat
menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas organisme
fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan . Oleh
karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik
suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak. Perubahan terhadap
kualitas perairan erat hubungannya dengan potensi perairan ditinjau dari
kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di suatu
perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi perairan. Fitoplankton
merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi
kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Fitoplankton juga merupakan
penyumbang oksigen terbesar di dalam perairan laut. Pentingnya peranan
fitoplankton sebagai pengikat awal energi matahari menjadikan fitoplankton
berperan penting bagi kehidupan laut. Dengan demikian keberadaan fitoplankton
dapat dijadikan indikator kualitas perairan yakni gambaran tentang banyak atau
sedikitnya jenis fitoplankton yang hidup di suatu perairan dan jenis-jenis
fitoplankton yang mendominasi, adanya jenis fitoplankton yang dapat hidup
karena zat-zat tertentu yang sedang blooming, dapat memberikan gambaran
mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya.
Produktivitas
primer fitoplankton ini merupakan salah satu dari sebagian besar sumber penting
dalam pembentukan energi di perairan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
primer (laju fotosintesis) antara lain: cahaya matahari, suhu, nutrien, serta
struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton yang mampu beradaptasi di
ekosistem perairan (habitatnya). Sebagai produsen primer fitoplankton di perairan
memerlukan cahaya untuk proses fotosintesisnya. Dilihat dari fisiologi
fitoplankton, spektrum cahaya yang terpenting menunjang proses fotosintesis
adalah cahaya yang mempunyai panjang gelombang 400 – 700 nm atau lazim dikenal
dengan PAR (Photosynthetically Active Radiation). Proses pemanfaatan energi
matahari dalam meningkatkan produktivitas primer di perairan terjadi melalui
proses perubahan energi menjadi energi organik yang berlangsung dalam tubuh
fitoplankton, dan pemindahan energi melalui pemangsaan hewani pada tingkat
trofik yang diatasnya. Berbagai manfaat dan keperluan intensitas cahaya
merupakan faktor pembatas utama terhadap distribusi vertikal fitoplankton di
perairan, kerena itu untuk hidup mereka harus menetap di daerah bagian atas
perairan (zona fotik), dimana energi cahaya matahari masih menjangkau dan
serasi untuk proses fotosintesis. Peranan cahaya matahari bagi kehidupan
organisme sudah lama diketahui terutama intensitasnya yang merupakan salah satu
faktor penentu produktivitas perairan.
Berdasarkan
kemampuan fitoplankton dalam memanfaatkan cahaya, maka fitoplankton dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu : fitoplankton tipe terang, pada umumnya hidup
dilapisan atas atau di bawah permukaan dan dalam melakukan proses fotosintesis
secara efektif memerlukan cahaya tinggi dan fitoplankton tipe teduh, pada
umumnya hidup di bawah atau di dasar perairan dan dalam melakukan proses
fotosintesis secara efektif memerlukan cahaya rendah. Fitoplankton biasanya
berkumpul di zona eufotik yaitu zona dengan intesitas cahaya masih memungkinkan
terjadinya proses fotosintesis. Pada suatu perairan sering dijumpai kandungan
fitoplankton yang sangat melimpah akan tetapi pada tempat yang lain sangat
sedikit. Keadaan ini disebabkan oleh bermacam-macam faktor antara lain angin,
arus, nutrien, variasi kadar garam, kedalaman perairan, aktivitas pemangsaan
serta adanya percampuran massa air.
Distribusi
fitoplankton secara horizontal lebih banyak dipengaruhi faktor fisik berupa
pergerakan masa air. Oleh karena itu pengelompokan (pathciness) plankton lebih
banyak terjadi pada daerah neritik terutama yang dipengaruhi estuaria
dibandingkan dengan oseanik. Faktor-faktor fisik yang menyebabkan distribusi
fitoplankton yang tidak merata antara lain arus pasang surut, morfogeografi setempat,
dan proses fisik dari lepas pantai berupa arus yang membawa masa air kepantai
akibat adanya hembusan angin. Selain itu ketersediaan nutrien pada setiap
perairan yang berbeda menyebabkan perbedaan kelimpahan fitoplankton pada
daerah-daerah tersebut.
Fitoplankton merupakan tumbuhan laut
yang memiliki peran penting dalam kehidupan bawah laut. Fitoplankton memiliki
zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan
bahan organik dan oksigen dalam air. Sebagai dasar mata rantai pada siklus
makanan di laut, fitoplankton menjadi makanan alami bagi zooplankton baik masih
kecil maupun yang dewasa. Selain itu juga dapat digunakan sebagai indikator
kesuburan suatu perairan. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran
menurunkan kualitas perairan laut apabila jumlahnya berlebihan. Contoh kelas
dinoflgellata tubuhnya memiliki kromatopora yang menghasilkan toksin (racun),
dalam keadaan blooming dapat mematikan ikan. Fitoplankton diatom bertekstur
lembut sehingga disukai oleh ikan sedangkan fitoplankton yang mengandung
flagella bersifat kaku dan keras cenderung tidak disukai ikan, plankton jenis
ini cenderung dapat merusak atau mencemari suatu perairan.
Fitoplankton bersifat eukariotik dan
prokariotik,mengandung zat klorofil A dan B, merupakan penghasil dari setengah
O2 di dunia, penyerap CO2, memiliki dinding sel sehingga mudah untuk dicerna,
ada yang mengandung flagella dan mengandung silica dan calsium carbonat.
Fitoplankton
memiliki peran dalam penyerapan co2 dan memperlambat pemansan global.
Fitiplankton merupakan produsen dalam ekosistem perairan, dan organisme uniseluler autotrof tersebut
merupakan penyumbang 80% Oksigen di bumi. Ilmuwan dari Amerika Serikat
menemukan plankton secara tidak langsung dapat membuat awan yang dapat menahan
sebagian sinar matahari yang merugikan. Ketika matahari menyinari lautan,
lapisan atas laut (sekitar 25 meter dari permukaan laut) memanas, dan
menyebabkan perbedaan suhu yang cukup tinggi dengan lapisan laut di bawahnya.
Lapisan atas dan bawah tersebut terpisah dan tidak saling tercampur.
Plankton
hidup di lapisan atas, tapi nutrisi yang diperlukan oleh plankton terdapat
lebih banyak di lapisan bawah laut. Karenanya, plankton mengalami malnutrisi. Akibat
kondisi malnutrisi ditambah dengan suhu air yang panas, plankton mengalami
stress sehingga lebih rentan terhadap sinar ultraviolet yang dapat merusaknya. Karena
rentan terhadap sinar ultraviolet, plankton mencoba melindungi diri dengan
menghasilkan zat dimethylsulfoniopropionate (DMSP) yang berfungsi untuk
menguatkan dinding sel mereka. Zat ini jika terurai ke air akan menjadi zat
dimethylsulfide (DMS). DMS kemudian terlepas dengan sendirinya dari permukaan
laut ke udara.
Di atmosfer,
DMS bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk sejenis komponen sulfur.
Komponen sulfur DMS itu kemudian saling melekat dan membentuk partikel kecil
seperti debu. Partikel-partikel kecil tersebut kemudian memudahkan uap air dari
laut untuk berkondensasi dan membentuk awan. Jadi, secara tidak langsung,
plankton membantu menciptakan awan. Awan yang terbentuk menyebabkan semakin
sedikit sinar ultraviolet yang mencapai permukaan laut, sehingga plankton pun
terbebas dari gangguan sinar ultraviolet.
DAFTAR
PUSTAKA
Ambas,
2006, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya.
Aslan,
2005, Budidaya Rumput Laut, Kanisius,
Yogyakarta.
Koesbiono, 1980 ,Biologi laut,
Fakultas Perikanan Institut Pertanian, Bogor.
Kimball J.W. 1994, Biologi,
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Noor,
J.W., 2006. Biologi Laut, Suatu
Pendekatan Ekologis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ewusie,
1990, Pengantar Ekologi Tropika, Penerbit
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar