Setiap orang tentu ingin dapatkan perut yang rata dan bertahan dalam
waktu yang lama. Jika kita memiliki perut buncit atau gendut (distended
stomach), untuk mengecilkannya kita tidak perlu ke ruang operasi untuk
sedot lemak.
Bagaimana cara efektif dan mudah untuk mengatasi perut berlemak?
Cukup lakukan tujuh (7) hal ini secara rutin, dan Anda akan lihat
perbedaannya dalam waktu singkat. Ini dia tips cara menghilangkan lemak
di perut yang buncit tersebut:
1. Latihan Kekuatan
Lakukan latihan kekuatan minimal tiga hari seminggu. Latihan ini akan
membantu mempercepat metabolisme tubuh dan membakar kalori, bahkan saat
Anda beristirahat di sela-sela aktivitas fisik. Latihan kekuatan terdiri
dari beberapa jenis latihan yang berfungsi menguatkan otot seperti
crunch, angkat beban, TRX, push up dan sebagainya. Lakukan selama 10-20
menit per sesi dengan intensitas tinggi.
2. Tubuh Lebih Aktif
Jangan mengandalkan aktivitas fisik hanya dengan latihan di gym. Olah
fisik rata-rata hanya dilakukan 1-2 jam, sementara Anda memiliki waktu
24 jam per hari dan total 168 jam per minggu. Gunakan waktu luang
semaksimal mungkin untuk bergerak ketimbang duduk santai sambil nonton
TV dan makan camilan. Rencanakan jalan bersama teman-teman, keluar makan
siang, naik tangga daripada lift atau parkir mobil di tempat yang agak
jauh dari kantor.
3. Tidur yang Cukup
Pastikan Anda cukup tidur, selama 6-8 jam setiap malam. Tidur kurang
dari enam jam akan membuat hormon tidak seimbang dan cenderung mengubah
hormon Anda menjadi penyimpan lemak. Impian untuk memiliki perut rata
pun akan sulit terwujud.
4. Meditasi
Meditasi dan metode penghilang stres lainnya (olahraga, yoga, relaksasi)
akan membuat level kortisol (hormon stres) tetap terkontrol. Ketika
hormon yang menyebabkan stres berkurang, hasrat mengonsumsi makanan tak
sehat juga bisa diminimalisir (stres cenderung membuat orang ingin makan
berlebihan) sehingga mencegah berat badan tambah naik dan perut
membuncit.
5. Penuhi Kecukupan Nutrisi
Makanlah lebih banyak protein, serat dan lemak sehat. Perbanyak konsumsi
daging tanpa lemak, sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan.
6. Kurangi Konsumsi Junk Food
Hindari konsumsi makanan tinggi kalori namun rendah nol nutrisi (junk
food) dalam keseharian. Kurangi juga makanan yang diproses dan bergula
tinggi. Makanan tersebut merupakan musuh terbesar bagi perut yang seksi
dan rata, juga penyebab berbagai penyakit serius seperti diabetes dan
hipertensi.
7. Minum Banyak Air
Perbanyak minum air putih, minimal dua liter sehari. Kebutuhan air bisa
lebih banyak jika Anda intens beraktivitas atau sedang sakit. Kurang
minum air akan membuat tubuh lebih sulit membakar lemak dengan efektif.
Nah demikian sahabat sehat, tips-tips alami bagaimana cara mengatasi perut buncit (distended stomach) dengan mudah, cepat dan aman.
Icha's Blog
Senin, 01 Januari 2018
Hadis Tentang Diyat
عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ
بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَبَ إِلَى أَهْل الْيَمَنِ أَنَّ مَنْ اعْتَبَطَ
مُؤْمِنًا قَتْلًا عَنْ بَيِّنَةٍ فَإِنَّهُ قَوَدٌ إِلَّا أَنْ يَرْضَى
أَوْلِيَاءُ الْمَقْتُولِ وَأَنَّ فِي النَّفْسِ الدِّيَةَ مِائَةً مِنْ الْإِبِلِ
وَفِي الْأَنْفِ إِذَا أُوعِبَ جَدْعُهُ الدِّيَةُ وَفِي اللِّسَانِ الدِّيَةُ
وَفِي الشَّفَتَيْنِ الدِّيَةُ وَفِي الْبَيْضَتَيْنِ الدِّيَةُ وَفِي الذَّكَرِ
الدِّيَةُ وَفِي الصُّلْبِ الدِّيَةُ وَفِي الْعَيْنَيْنِ الدِّيَةُ وَفِي
الرِّجْلِ الْوَاحِدَةِ نِصْفُ الدِّيَةِ وَفِي الْمَأْمُومَةِ ثُلُثُ الدِّيَةِ
وَفِي الْجَائِفَةِ ثُلُثُ الدِّيَةِ وَفِي الْمُنَقِّلَةِ خَمْسَ عَشْرَةَ مِنْ
الْإِبِلِ وَفِي كُلِّ أُصْبُعٍ مِنْ أَصَابِعِ الْيَدِ وَالرِّجْلِ عَشْرٌ مِنْ
الْإِبِلِ وَفِي السِّنِّ خَمْسٌ مِنْ الْإِبِلِ وَفِي الْمُوضِحَةِ خَمْسٌ مِنْ
الْإِبِلِ وَأَنَّ الرَّجُلَ يُقْتَلُ بِالْمَرْأَةِ وَعَلَى أَهْلِ الذَّهَبِ
أَلْفُ دِينا ر.
{أخرجه
أبو داود في المراسيل والنسائ وابن خزيمة وابن الجارود وابن حبان وأحمد واختلفوا
في صحته}
Artinya:
Dari Abu Bakar bin Muhammad bin Amr
bin Hazm, dari ayahnya, dari kakeknya r.a. bahwa Nabi SAW. pernah mengirim
surat kepada penduduk yaman--dan di dalam hadits itu disebutkan-- “Bahwa barang siapa yang secara nyata
membunuh seorang Mukmin dengan sengaja,
maka ia harus dibunuh, kecuali ahli waris yang terbunuh rela; diyat
(denda) membunuh jiwa adalah seratus unta; hidung yang dipotong habis ada
diyatnya, dua buah mata ada diyatnya, lidah ada diyatnya, dua buah bibir ada
diyatnya, kemaluan ada diyatnya, dua biji penis ada diyatnya, tulang belakang
ada diyatnya, kaki sebelah ada diyatnya setengah, ubun-ubun diyatnya sepertiga, luka yang
mendalam diyatnya sepertiga, pukulan yang menggeser tulang diyatnya lima belas
unta, setiap jari-jari tangan dan kaki diyatnya sepuluh unta, gigi diyatnya
lima unta, luka hingga tulangnya tampak diyatnya lima unta, laki-laki diqishash
apabila membunuh seorang perempuan, bagi orang yang biasa menggunakan emas
dapat membayarnya dengan seribu dinar.” (HR. Abu Dawud dalam hadits-hadits
mursal, An-Nasa’i, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Al-Jarrud, Ibnu Hibban dan Ahmad).
Mereka berselisih tentang shahih atau tidaknya hadits tersebut.
Mufradat[1]
أَهْلِ الْيَمَنِ = Penduduk yaman / orang-orang yaman
أَنَّ مَنْ اعْتَبَطَ =
Barang siapa yang merusak, membinasakan (musnah)
مُؤْمِنًا = Seorang mukmin (orang yang beriman, percaya
kepada Allah)
قَتْلًا
=
Membunuh (menghilangkan, menghabisi
nyawa)
عَنْ بَيِّنَةٍ
= Dengan jelas
فَإِنَّهُ قَوَدٌ = Maka ia dibunuh
إِلَّا أَنْ يَرْضَى = Kecuali jika merasa ridha, menerima
(bersedia dengan ikhlas hati)
أَوْلِيَاءُ
= Para wali (orang yang berhak menerima harta pusaka dari orang yang
telah meninggal; orang yang
menurut hukum diserahi suatu kewajiban)
الْمَقْتُول
= Yang dibunuh, korban pembunuhan
(orang yang menderita akibat suatu kejadian)
وَأَنَّ فِي النَّفْسِ = Dan jika satu jiwa, ruh (suatu unsur
yang ada dalam jasad yang diciptakan
Tuhan sebagai penyebab adanya
hidup/nyawa)
الدِّيَةَ مِائَةً مِنْ الْإِبِل = Denda 100 ekor dari unta
وَفِي الْأَنْفِ = Dan pada hidung
إِذَا أُوعِبَ
= Di potong habis (dari pangkalnya yang
berada di antara dua alis mata)
جَدْعُه الدِّيَة = Ada diyatnya
اللِّسَانُ
= lidah
الشَّفَتَيْنِ
= dua bibir (mulai dari bawah lubang hidung sampai ke ujung sekitar bibir)
الذَّكَر =
kemaluan
الْبَيْضَتَيْنُ
= dua biji penis
الصُّلْبِ
= tulang belakang (tulang yang terletak pada bagian tulang belakang sampai pada
bagian bawah dada)
الْعَيْنَيْن
= dua mata (bagi kehilangan fungsinya)
الرِّجْل الْوَاحِدَةِ نِصْفُ
الدِّيَة
= kaki sebelah diyatnya setengah (dari pergelangan betis)
الْمَأْمُومَةِ = Ubun-ubun (luka di kepala yang mencapai
selaput yang melindungi otak)
ثُلُثُ الدِّيَةِ = Sepertiga diyat
الْجَائِفَةِ
= luka (tusukan yang menembus ke dalam perut)
لْمُنَقِّلَةِ
= pukulan yang menggeser tulang (mematahkan tulang)
كُلِّ أُصْبُعٍ = setiap jari
مِنْ أَصَابِع الْيَدِ وَالرِّجْلِ ِ =
dari jari-jari tangan dan kaki
السِّنِّ = gigi
لْمُوضِحَةِ = luka (hingga tulangnya nampak)
الرَّجُلَ = seorang laki-laki
يُقْتَلُ = dibunuh
بِالْمَرْأَةِ = karena seorang perempuan
الذَّهَبِ = emas
أَلْفُ دِينار = seribu dinar
[1] Muhammad
bin Ismail Al-Amir Ash-Shan’ani,Subulus
Salam Syarah Bulughul Maram, (Darus Sunnah Press, 2013, Jakarta Timur),
hal. 247-253.
PHYTOPLANKTON SEBAGAI PRODUSEN
PHYTOPLANKTON
SEBAGAI PRODUSEN
Phytoplankton adalah sekelompok dari biota tumbuh-tumbuhan autotrof yang
mengandung zat klorofil dan pigmen lainnya didalam selnya dan mampu menyerap
energi radiasi dan co2 untuk melakukan fotosintesis. Biota tersebut mampu mensintesis bahan-bahan anorganik
untuk dirubah menjadi bahan organik (yang terpenting yaitu karbohidrat). Biasanya
organisme ini berasal dari Cyanophyta (ganggang hijau biru) yang
merupakan anggota kingdom Monera dan Chlorophyta (ganggang hijau)
yang merupakan anggota kingdom Protista (Protista mirip tumbuhan ganggang.) Di
dalam ekosistem perairan Phytoplankton berperan sebagai produsen karena
kemampuannya berfotosintesis membentuk cadangan makanan (amylum). Sifat
fotosintesisnya menyerupai tumbuhan. Sehingga pada klasifikasi lama Cyanophyta
dan Chlorophyta pernah dimasukkan dalam kelompok tumbuhan tingkat
rendah ( Thallophyta ).
Fitoplankton
disebut juga plankton nabati, merupakan tumbuhan yang hidupnya mengapung atau
melayang dilaut. Ukurannya sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata
telanjang. Umumnya fitoplankton berukuran 2 – 200µm (1 µm = 0,001mm).
Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal, tetapi juga ada yang
berbentuk rantai. Meskipun ukurannya sangat kecil, namun fitoplankton dapat
tumbuh dengan sangat lebat dan padat sehingga dapat menyebabkan perubahan warna
pada air laut. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat
autotrofik, yaitu dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya. Selain
itu, fitoplankton juga mampu melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan
bahan organik karena mengandung klorofil. Karena kemampuannya ini fitoplankton
disebut sebagai produsen primer. Bahan organik yang diproduksi fitoplankton
menjadi sumber energi untuk menjalan segala fungsi faalnya. Tetapi, disamping
itu energi yang terkandung didalam fitoplankton dialirkan melalui rantai
makanan. Seluruh hewan laut seperti udang, ikan, cumi – cumi sampai ikan paus
yang berukuran raksasa bergantung pada fitoplankton baik secara langsung atau
tidak langsung melalui rantai makanan.
Seluruh jenis plankton dari golongan fitoplankton memiliki warna,
dimana sebagian berwarna hijau karena mengandung berbagai jenis pigmen
klorofil, yaitu klorofil A sampai klorofil D. Meskipun demikian, penamaan atau penggolongan algae
berdasarkan kepada dasar warna, meskipun kandungan pigmen terdiri dari beberapa
pigmen.
Fitoplankton dicirikan dengan pigmen yang berkaitan
dengan proses fotosintesa. Selanjutnya proses fotosintesa yang dilakukan oleh
algae berkaitan dengan klorofil A (kecuali pada alga hijau biru), dimana pigmen tersebut
merupakan sel organ kloroplas. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas tersebut
digunakan sebagai kriteria untuk mengelompokkan alga ke dalam kelas.
Parameter
pertumbuhan Fitoplankton yaitu:
Suhu
optimal kultur fitoplankton secara umum antara 20-24 °C. Hampir semua
fitoplankton toleran terhadap suhu antara 16-36 °C. Suhu di bawah 16 °C dapat
menyebabkan kecepatan pertumbuhan turun, sedangkan suhu di atas 36 °C dapat
menyebabkan kematian pada jenis tertentu. Cahaya
merupakan sumber energy dalam proses fotosintetis yang berguna untuk
pembentukan senyawa karbon organik. Kebutuhan akan cahaya bervariasi tergantung
kedalaman kultur dan kepadatannya. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan fotoinbihisi dan pemanasan. Intensitas cahaya 1000 lux cocok untuk
kultur dalam Erlenmeyer, sedangkan intensitas 5000-10000 lux untuk volume yang
lebih besar. Nutrien dibagi menjadi
menjadi makronutrien dan mikronutrien. Nitrat dan fosfat tergolong makronutrien
yang merupakan pupuk dasar yang mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Nitrat
adalah sumber nitrogen yang penting bagi fitoplankton baik di air laut maupun
air tawar. Bentuk kombinasi lain dari nitrogen seperti ammonia, nitrit dan
senyawa organik dapat digunakan apabila kekurangan nitrat. pH variasi pH dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan
fitoplankton dalam beberapa hal, antara lain mengubah keseimbangan dari karbon organik,
mengubah ketersediaan nutrient, dan dapat mempengaruhi fisiologis sel. Kisaran
pH untuk kultur alga biasanya antara 7-9, kisaran optimum untuk alga laut
antara 7.5-8.5 sedangkan untuk Tetraselmis chuii optimal pada 7-8. Salinitas hampir semua jenis
fitoplankton yang berasal dari air laut dapt tumbuh optimal pada salinitas
sedikit di bawah habitat asalnya. Tetraselmis chuii memiliki kisaran salinitas
yang cukup lebar, yaitu 15-36 ppt sedangkan salinitas optimal untuk
pertumbuhannya adalah 27-30 ppt . Karbondioksida
diperlukan fitoplankton untuk membantu proses fotosintesis. Karbondioksida
dengan kadar 1-2 % biasanya sudah cukup untuk kultur fitoplankton dengan
intensitas cahaya yang rendah. Kadar karbondioksida yang berlebih dapat
menyebabkan ph kurang dari batas optimum .
Struktur
komunitas dan kelimpahan Fitoplankton, memperoleh energi melalui proses yang
dinamakan fotosintesis sehingga fitoplankton harus berada pada bagian permukaan
permukaan (disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang
lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen yang
memenuhi atmosfer Bumi. Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan dipengaruhi
oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologisnya. Komposisi
dan kelimpahan fitoplankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai
respons terhadap perubahan-perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia,
maupun biologi. Faktor penunjang pertumbuhan fitoplankton sangat kompleks dan
saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas
cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara
nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas pemangsaan
oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi.
Fitoplankton
dapat berperan sebagai salah satu dari parameter ekologi yang dapat
menggambarkan kondisi suatu perairan. Salah satu ciri khas organisme
fitoplankton yaitu merupakan dasar dari mata rantai pakan di perairan . Oleh
karena itu, kehadirannya di suatu perairan dapat menggambarkan karakteristik
suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur atau tidak. Perubahan terhadap
kualitas perairan erat hubungannya dengan potensi perairan ditinjau dari
kelimpahan dan komposisi fitoplankton. Keberadaan fitoplankton di suatu
perairan dapat memberikan informasi mengenai kondisi perairan. Fitoplankton
merupakan parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi
kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan. Fitoplankton juga merupakan
penyumbang oksigen terbesar di dalam perairan laut. Pentingnya peranan
fitoplankton sebagai pengikat awal energi matahari menjadikan fitoplankton
berperan penting bagi kehidupan laut. Dengan demikian keberadaan fitoplankton
dapat dijadikan indikator kualitas perairan yakni gambaran tentang banyak atau
sedikitnya jenis fitoplankton yang hidup di suatu perairan dan jenis-jenis
fitoplankton yang mendominasi, adanya jenis fitoplankton yang dapat hidup
karena zat-zat tertentu yang sedang blooming, dapat memberikan gambaran
mengenai keadaan perairan yang sesungguhnya.
Produktivitas
primer fitoplankton ini merupakan salah satu dari sebagian besar sumber penting
dalam pembentukan energi di perairan. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
primer (laju fotosintesis) antara lain: cahaya matahari, suhu, nutrien, serta
struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton yang mampu beradaptasi di
ekosistem perairan (habitatnya). Sebagai produsen primer fitoplankton di perairan
memerlukan cahaya untuk proses fotosintesisnya. Dilihat dari fisiologi
fitoplankton, spektrum cahaya yang terpenting menunjang proses fotosintesis
adalah cahaya yang mempunyai panjang gelombang 400 – 700 nm atau lazim dikenal
dengan PAR (Photosynthetically Active Radiation). Proses pemanfaatan energi
matahari dalam meningkatkan produktivitas primer di perairan terjadi melalui
proses perubahan energi menjadi energi organik yang berlangsung dalam tubuh
fitoplankton, dan pemindahan energi melalui pemangsaan hewani pada tingkat
trofik yang diatasnya. Berbagai manfaat dan keperluan intensitas cahaya
merupakan faktor pembatas utama terhadap distribusi vertikal fitoplankton di
perairan, kerena itu untuk hidup mereka harus menetap di daerah bagian atas
perairan (zona fotik), dimana energi cahaya matahari masih menjangkau dan
serasi untuk proses fotosintesis. Peranan cahaya matahari bagi kehidupan
organisme sudah lama diketahui terutama intensitasnya yang merupakan salah satu
faktor penentu produktivitas perairan.
Berdasarkan
kemampuan fitoplankton dalam memanfaatkan cahaya, maka fitoplankton dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu : fitoplankton tipe terang, pada umumnya hidup
dilapisan atas atau di bawah permukaan dan dalam melakukan proses fotosintesis
secara efektif memerlukan cahaya tinggi dan fitoplankton tipe teduh, pada
umumnya hidup di bawah atau di dasar perairan dan dalam melakukan proses
fotosintesis secara efektif memerlukan cahaya rendah. Fitoplankton biasanya
berkumpul di zona eufotik yaitu zona dengan intesitas cahaya masih memungkinkan
terjadinya proses fotosintesis. Pada suatu perairan sering dijumpai kandungan
fitoplankton yang sangat melimpah akan tetapi pada tempat yang lain sangat
sedikit. Keadaan ini disebabkan oleh bermacam-macam faktor antara lain angin,
arus, nutrien, variasi kadar garam, kedalaman perairan, aktivitas pemangsaan
serta adanya percampuran massa air.
Distribusi
fitoplankton secara horizontal lebih banyak dipengaruhi faktor fisik berupa
pergerakan masa air. Oleh karena itu pengelompokan (pathciness) plankton lebih
banyak terjadi pada daerah neritik terutama yang dipengaruhi estuaria
dibandingkan dengan oseanik. Faktor-faktor fisik yang menyebabkan distribusi
fitoplankton yang tidak merata antara lain arus pasang surut, morfogeografi setempat,
dan proses fisik dari lepas pantai berupa arus yang membawa masa air kepantai
akibat adanya hembusan angin. Selain itu ketersediaan nutrien pada setiap
perairan yang berbeda menyebabkan perbedaan kelimpahan fitoplankton pada
daerah-daerah tersebut.
Fitoplankton merupakan tumbuhan laut
yang memiliki peran penting dalam kehidupan bawah laut. Fitoplankton memiliki
zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan
bahan organik dan oksigen dalam air. Sebagai dasar mata rantai pada siklus
makanan di laut, fitoplankton menjadi makanan alami bagi zooplankton baik masih
kecil maupun yang dewasa. Selain itu juga dapat digunakan sebagai indikator
kesuburan suatu perairan. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran
menurunkan kualitas perairan laut apabila jumlahnya berlebihan. Contoh kelas
dinoflgellata tubuhnya memiliki kromatopora yang menghasilkan toksin (racun),
dalam keadaan blooming dapat mematikan ikan. Fitoplankton diatom bertekstur
lembut sehingga disukai oleh ikan sedangkan fitoplankton yang mengandung
flagella bersifat kaku dan keras cenderung tidak disukai ikan, plankton jenis
ini cenderung dapat merusak atau mencemari suatu perairan.
Fitoplankton bersifat eukariotik dan
prokariotik,mengandung zat klorofil A dan B, merupakan penghasil dari setengah
O2 di dunia, penyerap CO2, memiliki dinding sel sehingga mudah untuk dicerna,
ada yang mengandung flagella dan mengandung silica dan calsium carbonat.
Fitoplankton
memiliki peran dalam penyerapan co2 dan memperlambat pemansan global.
Fitiplankton merupakan produsen dalam ekosistem perairan, dan organisme uniseluler autotrof tersebut
merupakan penyumbang 80% Oksigen di bumi. Ilmuwan dari Amerika Serikat
menemukan plankton secara tidak langsung dapat membuat awan yang dapat menahan
sebagian sinar matahari yang merugikan. Ketika matahari menyinari lautan,
lapisan atas laut (sekitar 25 meter dari permukaan laut) memanas, dan
menyebabkan perbedaan suhu yang cukup tinggi dengan lapisan laut di bawahnya.
Lapisan atas dan bawah tersebut terpisah dan tidak saling tercampur.
Plankton
hidup di lapisan atas, tapi nutrisi yang diperlukan oleh plankton terdapat
lebih banyak di lapisan bawah laut. Karenanya, plankton mengalami malnutrisi. Akibat
kondisi malnutrisi ditambah dengan suhu air yang panas, plankton mengalami
stress sehingga lebih rentan terhadap sinar ultraviolet yang dapat merusaknya. Karena
rentan terhadap sinar ultraviolet, plankton mencoba melindungi diri dengan
menghasilkan zat dimethylsulfoniopropionate (DMSP) yang berfungsi untuk
menguatkan dinding sel mereka. Zat ini jika terurai ke air akan menjadi zat
dimethylsulfide (DMS). DMS kemudian terlepas dengan sendirinya dari permukaan
laut ke udara.
Di atmosfer,
DMS bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk sejenis komponen sulfur.
Komponen sulfur DMS itu kemudian saling melekat dan membentuk partikel kecil
seperti debu. Partikel-partikel kecil tersebut kemudian memudahkan uap air dari
laut untuk berkondensasi dan membentuk awan. Jadi, secara tidak langsung,
plankton membantu menciptakan awan. Awan yang terbentuk menyebabkan semakin
sedikit sinar ultraviolet yang mencapai permukaan laut, sehingga plankton pun
terbebas dari gangguan sinar ultraviolet.
DAFTAR
PUSTAKA
Ambas,
2006, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional, Surabaya.
Aslan,
2005, Budidaya Rumput Laut, Kanisius,
Yogyakarta.
Koesbiono, 1980 ,Biologi laut,
Fakultas Perikanan Institut Pertanian, Bogor.
Kimball J.W. 1994, Biologi,
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Noor,
J.W., 2006. Biologi Laut, Suatu
Pendekatan Ekologis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Ewusie,
1990, Pengantar Ekologi Tropika, Penerbit
Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Pengaruh Suhu Terhadap Tingkah Laku Ikan
Pengaruh Suhu Terhadap Tingkah Laku Ikan
Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi
kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun
perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu tidak heran jika
banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di
dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai
toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm.
Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm.
Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang
rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum
dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang
cocok, memiliki selera makan yang lebih baik.
Suhu mempengaruhi tingkat perkembangan dan pertumbuhan
karena mempengaruhi berbagai proses yang berhubungan dengan metabolisme yang mencakup pernapasan,
pemberian makan, dan pencernaan. Perubahan dalam batas yang normal dari proses
tersebut dapat juga mengubah kondisi yang optimal untuk pertumbuhan dan
kesehatan.
Suhu air sangat
berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan,
sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan
berubahnya semua proses di dalam perairan. Suhu juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih sampai ukuran dewasa. Suhu
air akan sangat berpengaruh terhadap proses penetasan
telur dan perkembangan telur.
Rentang toleransi serta suhu optimum tempat pemeliharaan
ikan berbeda untuk setiap jenis atau spesies ikan. Ikan
merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu lingkungan
sekelilingnya. Ikan
akan selalu mencari tempat yang sesuai dengan sifat hidupnya.
Perubahan suhu dari keadaan normal menjadi lebih panas
atau lebih dingin di suatu perairan dapat dipengaruhi oleh keadaan alam seperti
pemanasaan oleh matahari, perubahan musim, gejala pergeseran dasar perairan,
letusan gunung merapi bawah laut dan sebagainya. Setiap jenis ikan biasanya
mempunyai kisaran suhu di perairan yang cocok. Dalam keadaan suhu normal metabolisme maupun tingkah
laku ikan akan berjalan dengan normal juga. Namun bila terjadi perubahan suhu,
respon yang diberikan oleh ikan akan menunjukan penyesuaian metabolisme
tubuhnya terhadap lingkungan untuk mempertahankan kehidupannya. Respon yang
diperlihatkan oleh ikan bjiasanya berupa perubahan tingkah laku maupun
pergerakan ikan.
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun.
Suhu air yang relatif tinggi dapat ditandai antara lain dengan munculnya ikanikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen.
Suhu yang sangat tinggi akan mempercepat
laju penetasan telur sehingga telur
tidak dapat melewati fase-fase penetasan telur dengan sempurna.
Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres. Pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen.
Semakin rendah suhu maka semakin cepat gerakan renang ikan dan semakin cepat pula gerakan
operkulum sebagai respon suhu rendah, dimana korelasi ini tidak di temui pada
perlakuan pada suhu panas.
Menurut Trubus ikan mampu hidup baik pada kisaran suhu
23-300C. Perubahan suhu di bawah 230C atau di atas 300C menyebabkan ikan
mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna. Oksigen
terlarut pada air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko
kematian dari ikan akan semakin tinggi. Stres pada ikan dapat menyebabkan menurunnya
produktivitas dan daya tahan tubuh serta meningkatnya angka kematian pada ikan.
Bertambahnya suhu air pada kisaran suhu optimal akan
meningkatkan kecepatan metabolisme. Sebagai akibat bertambahnya kecepatan
metabolisme berarti lebih cepat lagi makanan menuju ke sistem pencernaan
dikarenakan nafsu makan dan penyerapan makanan yang bertambah. Perlu
diperhatikan bahwa tiap jenis ikan memiliki kisaran toleransi, kisaran optimum
dan titik optimum untuk parameter suhu.
Penurunan suhu
maupun peningkatan suhu dari titik suhu optimum akan menurunkan tingkat
konsumsi pakan dan akhirnya menurunkan laju pertumbuhan. Suhu mempengaruhi
tingkat perkembangan dan pertumbuhan karena mempengaruhi berbagai proses yang
berhubungan dengan metabolisme yang
mencakup pernapasan, pemberian makan, dan pencernaan. Perubahan dalam batas
yang normal dari proses tersebut dapat juga mengubah kondisi yang optimal untuk
pertumbuhan dan kesehatan.
Suhu air yang terlalu rendah dapat
mengakibatkan proses metabolisme menjadi lambat hal ini dapat berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan larva ikan akan menjadi lambat tumbuh. Suhu rendah
akan mempengaruhi metabolisme dan pencernaan makanan. Namun, suhu yang terlalu
tinggi dapat mengurangi nafsu makan pada ikan. Semakin normal suhu air maka
semakin bagus pula sistem metabolismenya.
Terdapat faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi respon kekebalan tubuh pada ikan antara lain: suhu, kondisi
stress, keseimbangan nutrisi, pollutan, mikro-nutrien, dan unsur-unsur
immunomodulator. Suhu air yang ekstrim akan mempengaruhi metabolisme tubuh ikan
sehingga akan mempegaruhi juga kerja fungsi-fungsi organ. Suhu sekitar perairan
yang terlalu panas atau terlalu dingin akan menurunkan kandungan oksigen
terlarut di air sehingga membuat ikan menjadi tidak aktif.
Menurut Sriharti, rentang fluktuasi suhu
yang tinggi dapat menurunkan aktivitas makan larva ikan. Ketika suhu yang
diperlukan larva tidak sesusai dengan keperluan untuk tumbuh dan berkembang,
maka hal tersebut dapat berpengaruh terhadap fisiologi larva terutama dalam
metabolisme, sehingga larva tidak tumbuh dan lama kelamaan menyebabkan daya
tahan hidupnya hilang.
Suhu yang dapat mematikan untuk semua
spesies ikan adalah berkisar antara 10-11 C, jika kondisi tersebut berlajut
terus menerus selama beberapa hari.Suhu berpengaruh terhadap makan ikan. Ikan
yang berada pada suhu yang baik akan memiliki selara makan yang baik tetapi
nafsu makan ikan akan terganggu ketika suhu air berada pada suhu 16-17 C. Suhu
laut berpengaruh secara langsung pada
laju proses fotosintesis dan proses fisiologi hewan (derajat metabolisme dan
siklus reproduksi) yang selanjutnya berpengaruh terhadap cara makan dan
pertumbuhannya.
Reproduksi pada ikan seperti halnya pada
mahluk hidup lainnya, yaitu suatu proses alamiah dalam rangka pengelakan spesies. Tingkat suhu yang
tidak normal akan berpengaruh pada reproduksi ikan karena gangguan sters. Kemampuan
reproduksi akan mengalami penurunan dibawah sushu 21 C. Sebaliknya jika suhu
normal maka reproduksi ikan akan lancar. Perubahan lingkungan akan memberikan
efek yang berbeda pada spesies ikan yang berbeda. Beberapa jenis ikan bahkan
melakukan perjalanan ruaya yang jauh untuk memijah. Pemijahan yang tepat tempat
dan tepat waktu untuk kepastian keberhasilan reproduksi terkait erat
dengan peran sistem endoktrin.
Strategi reproduksi ikan laut tropis
berupa adaptasi ikan terhadap lingkungannya untuk dapat melangsungkan proses
reproduksi. Adaptasi tersebut merupakan kemampuan telur ikan untuk beradaptasi
dengan lingkungannya yang ekstrim, ataupun perubahan bentuk tubuh ikan sebagai cara beradaptasi
dengan lingkungannya.
Migrasi ikan adalah pergerakan
perpindahan dari suatu tempat ke tempat yang lain yang mempunyai arti
penyesuaian terhadap kondisi alam yang menguntungkan untuk eksistensi hidup dan
keturunannya. Ikan mengadakan migrasi dengan tujuan untuk pemijahan, mencari makanan dan mencari daerah yang cocok
untuk kelangsungan hidupnya. Beberapa faktor migrasi ikan diantaranya, yaitu:
bau perairan, suhu, salinitas, arus pasang surut dan ketersediaan makanan.
Kenaikan suhu
air laut akan menimbulkan kehidupan ikan
dan hewan air lainnya terganggu, suhu
permukaan laut nusantara berkisar antara 27-32°C. Kisaran suhu ini adalah normal untuk kehidupan biota laut di perairan
Indonesia. Pada temperatur
air yang rendah suhu tubuh ikan menurun, menekan respon kekebalan ikan,
mengurangi nafsu makan, aktivitas dan pertumbuhan menurun. Apabila
temperatur air dinaikkan dari 0° ke 26° C, akan terjadi laju
metabolisme meningkat, sehingga konsumsi O2 juga meningkat.
Musim kemarau yang panas menyebabkan
lapisan atas air danau menjadi hangat. Lapisan bagian bawah dingin dan miskin oksigen. Karena ikan membutuhkan
oksigen terlarut yang tinggi di air, maka ikan akan berada di tengah atau
sebagian di permukaan air danau. Sebaliknya saat musim hujan, air di
permukaan cenderung dingin sehingga lebih banyak oksigen terlarut di air
dibanding di dasar danau yang hangat. Ikan cenderung banyak berada di permukaan
dibanding di dasar danau. Pada ikan tawar dapat berkembang dengan baik pada suhu air yang hangat
dan tidak produktif di suhu yang dingin.
DAFTAR PUSTAKA
Tunas,2005, Patologi Ikan Toloestei, Yogjakarta, Universitas Gadjah Mada.
Koesbiono, 1980, Biologi laut,
Fakultas Perikanan Institut Pertanian, Bogor.
Kimball J.W. 1994, Biologi, Penerbit Erlangga. Jakarta.
Effendie MI. 2002, Biologi Perikanan.
Yayasan Pustaka Nusatama.
Amri, Khairuman, 2003, Budidaya Ikan
Nila Secara Intensif, Agromedia Pustaka, Depok
Langganan:
Postingan (Atom)